- Pencarian kebahagiaan yang tak henti-hentinya
- Kebahagiaan dan tahapannya
- Ilmu di balik kebahagiaan
- Memecahkan mitos tentang kebahagiaan
Ikuti Patricia Alegsa di Pinterest!
Pencarian kebahagiaan yang tak henti-hentinya
¿Siapa yang belum pernah mendengar frasa terkenal "saya ingin bahagia"? Sepertinya itu adalah mantra dalam masyarakat kita, bukan? Namun, para ahli memperingatkan kita bahwa pencarian ini bisa berubah menjadi labirin tanpa jalan keluar.
Kenapa? Karena, dengan memfokuskan diri pada kebahagiaan sebagai tujuan akhir, kita menciptakan harapan yang sering kali tidak dapat dicapai.
Kebahagiaan bukanlah trofi yang bisa kita menangkan; sebaliknya, itu adalah cara hidup yang membutuhkan kebiasaan dan sikap yang kita kembangkan hari demi hari.
Kebahagiaan, seperti yang ditunjukkan oleh psikolog Sebastián Ibarzábal, sering kali diasosiasikan dengan faktor eksternal seperti kebebasan berekspresi dan hidup yang panjang. Tapi, apa yang terjadi ketika faktor-faktor tersebut tidak ada?
Fokus pada kebahagiaan sebagai keadaan mutlak dapat membawa kita pada frustrasi.
Jadi, alih-alih berpikir untuk bahagia, mengapa tidak berpikir untuk lebih konkret? Apa yang sebenarnya ingin kamu capai? Mungkin kamu menginginkan sebuah keluarga, pekerjaan yang kamu cintai, atau sekadar menikmati lebih banyak hari-harimu. Bukankah itu terdengar lebih menarik?
Rahasia sejati kebahagiaan: lebih dari sekadar yoga Kebahagiaan dan tahapannya
Manuel González Oscoy mengingatkan kita bahwa kebahagiaan memiliki berbagai tahap. Terkadang, kita membandingkan diri kita dengan orang lain, yang bisa membuat kita merasa seolah-olah kita berada dalam perlombaan tanpa akhir.
Seiring kita melangkah dalam hidup, harapan kita berubah, dan apa yang dulunya membuat kita bahagia bisa tertinggal. Apakah itu terdengar akrab? Yang penting adalah memahami bahwa tidak ada satu cara tunggal untuk merasa bahagia.
Selain itu, akademisi Hugo Sánchez menekankan bahwa mengalami berbagai emosi, dari kesedihan hingga kebahagiaan, adalah hal yang normal dan sehat. Hidup bukanlah karnaval yang abadi, dan itu tidak apa-apa.
Menerima emosi kita alih-alih melawannya memungkinkan kita untuk beradaptasi dengan lebih baik terhadap apa yang ada di sekitar kita. Jadi, apakah kita benar-benar perlu merasa bahagia sepanjang waktu? Jawabannya adalah tidak sama sekali.
Ilmu di balik kebahagiaan
La medición de la felicidad adalah topik yang menarik. Ada laporan global yang mengklasifikasikan negara-negara berdasarkan kebahagiaan mereka, dan meskipun bisa berguna, laporan tersebut juga menciptakan harapan yang, jika tidak terpenuhi, dapat mengecewakan orang-orang.
Laporan tahun 2024, misalnya, menunjukkan bahwa Finlandia tetap menjadi negara paling bahagia. Tapi, apa artinya itu bagi kita? Kebahagiaan tidak bisa distandarisasi. Oleh karena itu, masing-masing dari kita harus menemukan jalannya sendiri.
Arthur C. Brooks dan Oprah Winfrey menunjukkan bahwa kebahagiaan bukanlah tujuan akhir, melainkan sebuah konstruksi yang dibangun setiap hari.
Kebahagiaan lebih mirip teka-teki yang kita susun dengan potongan-potongan kecil kepuasan sehari-hari. Dan meskipun beberapa penelitian menunjukkan bahwa bersosialisasi dan mempertahankan sikap positif adalah kunci, penelitian lain menunjukkan bahwa praktik seperti meditasi tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan.
Kebiasaan sehari-hari yang akan membuat hidupmu lebih bahagia
Memecahkan mitos tentang kebahagiaan
Keinginan yang konstan untuk bahagia dapat membawa kita pada perenungan, sebuah proses di mana kita terlalu memikirkan apa yang kita kurang. Apakah kamu pernah mengalami ini? Tekanan untuk bahagia bisa menjadi sangat membebani dan, dalam banyak kasus, kontraproduktif.
Boris Marañón Pimentel menyarankan bahwa kebahagiaan seharusnya tidak hanya diukur dengan istilah material, tetapi juga mencakup aspek subjektif dan budaya.
Akhirnya, laporan kebahagiaan di Argentina 2024 mengungkapkan bahwa hanya 1 dari 3 orang Argentina merasa puas dengan hidup mereka. Ini membuat kita merenungkan pentingnya mempertanyakan harapan kita dan mengadopsi perspektif yang lebih realistis tentang apa artinya bahagia.
Jadi, alih-alih mengejar kebahagiaan seolah itu adalah sebuah tujuan, bagaimana jika kita mulai menikmati prosesnya? Kebahagiaan, bagaimanapun, mungkin lebih dekat dari yang kita pikirkan.
Berlangganan horoskop mingguan gratis
Aquarius Aries Capricorn Gemini Kanker Leo Libra Pisces Sagitarius Scorpio Taurus Virgo